Nah yang ini lumayan penting juga buat ane yang notabene punya tiga putri yang ga berbeda jauh umurnya...hanya berbeda 1 dan 2 tahun saja. Mudah2an ulasan ini bisa bermanfaat buat ane khususnya dalam menghadapi ketiga putri ane tercinta...amien! ;)
Cara orangtua memperlakukan anak tertua dengan anak yang lebih muda jelas berbeda. Si kakak dianggap sudah lebih besar dan mengerti perintah orangtua. Sedangkan si kecil, masih perlu didampingi. Cara penanganan berbeda ini wajar saja terjadi karena perbedaan usia. Namun anak-anak takkan sepenuhnya memahami perbedaan ini jika tak dijelaskan oleh orangtuanya. Minimnya komunikasi membuat anak, terutama si kakak, merasa tak lagi diperhatikan oleh ayah atau ibunya.
Psikolog Anna Surti Ariani, Psi, menyarankan orangtua perlu terus belajar teknik komunikasi. Kebiasaan ngobrol perlu dibangun untuk mecegah salah penafsiran atas perlakuan orangtua terhadap anak. "Orangtua harus belajar banyak trik untuk menambal minimnya komunikasi di rumah," jelasnya seusai peluncuran susu cair tepat usia di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Untuk memelajari tekhnik komunikasi, psikolog yang akrab disapa Nina ini menyebutkan sejumlah tipsnya.
* Mengungkapkan pikiran dan perasaan
Orangtua bisa belajar teknik komunikasi dengan mulai membiasakan mengungkapkan pikiran dan perasaan. Dengan bersikap terbuka, orangtua bisa leluasa mengungkapkan pikirannya mengenai sesuatu hal kepada anak-anak. Begitupun dengan mengungkapkan perasaan. Tak perlu sungkan mengungkapkan perasaan sayang kepada anak-anak. Anak juga butuh mendengar ungkapan sayang dari orangtuanya.
* Jeli mendengarkan
Orangtua perlu mendengarkan kebutuhan anak-anak. Namun jangan hanya mendengar apa yang disampaikan anak-anak. Orangtua juga perlu jeli mendengar kebutuhan anak yang tersirat. Anda tak harus menunggu anak meminta, jika ia merasa butuh pujian dari hasil karya yang dibuatnya sendiri, lalu ditunjukkannya kepada Anda. Kebiasaan mendengarkan akan memudahkan orangtua dalam berkomunikasi lebih baik dengan anak.
* Mendorong anak bicara
Komunikasi orangtua-anak yang baik akan terwujud jika terjadi dialog dua arah. Jika Anda mulai terbiasa mengungkapkan perasaan dan pikiran, saatnya menularkan kepada anak-anak. "Orangtua perlu mendorong anak untuk berbicara, menyampaikan pikiran dan perasaannya," jelas Nina. Selain menyontohkan, orangtua juga bisa memberikan pemahaman kepada anak, bahwa mereka juga perlu mengungkapkan apa yang dirasakannya. Dengan begitu anak terdorong untuk bersuara.
Psikolog Anna Surti Ariani, Psi, menyarankan orangtua perlu terus belajar teknik komunikasi. Kebiasaan ngobrol perlu dibangun untuk mecegah salah penafsiran atas perlakuan orangtua terhadap anak. "Orangtua harus belajar banyak trik untuk menambal minimnya komunikasi di rumah," jelasnya seusai peluncuran susu cair tepat usia di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Untuk memelajari tekhnik komunikasi, psikolog yang akrab disapa Nina ini menyebutkan sejumlah tipsnya.
* Mengungkapkan pikiran dan perasaan
Orangtua bisa belajar teknik komunikasi dengan mulai membiasakan mengungkapkan pikiran dan perasaan. Dengan bersikap terbuka, orangtua bisa leluasa mengungkapkan pikirannya mengenai sesuatu hal kepada anak-anak. Begitupun dengan mengungkapkan perasaan. Tak perlu sungkan mengungkapkan perasaan sayang kepada anak-anak. Anak juga butuh mendengar ungkapan sayang dari orangtuanya.
* Jeli mendengarkan
Orangtua perlu mendengarkan kebutuhan anak-anak. Namun jangan hanya mendengar apa yang disampaikan anak-anak. Orangtua juga perlu jeli mendengar kebutuhan anak yang tersirat. Anda tak harus menunggu anak meminta, jika ia merasa butuh pujian dari hasil karya yang dibuatnya sendiri, lalu ditunjukkannya kepada Anda. Kebiasaan mendengarkan akan memudahkan orangtua dalam berkomunikasi lebih baik dengan anak.
* Mendorong anak bicara
Komunikasi orangtua-anak yang baik akan terwujud jika terjadi dialog dua arah. Jika Anda mulai terbiasa mengungkapkan perasaan dan pikiran, saatnya menularkan kepada anak-anak. "Orangtua perlu mendorong anak untuk berbicara, menyampaikan pikiran dan perasaannya," jelas Nina. Selain menyontohkan, orangtua juga bisa memberikan pemahaman kepada anak, bahwa mereka juga perlu mengungkapkan apa yang dirasakannya. Dengan begitu anak terdorong untuk bersuara.
Orangtua perlu bijak memberikan perhatian, termasuk dalam menyikapi pertengkaran kakak-adik dalam keluarga. Bahkan dibutuhkan strategi jitu dalam menghadapi anak-anak di rumah. Jangan sampai sikap Anda membuat anak berpikir, kakak atau adiknya lebih diperhatikan daripada kepentingannya. Lebih menyedihkan lagi, jika anak berkata bahwa ia tak merasa dicintai orangnya, karena menurutnya ibu atau ayahnya pilih kasih.
Kondisi seperti ini semakin kompleks ketika jumlah anak di rumah lebih dari dua. Semakin banyak jumlah anggota keluarga, semakin tinggi tantangan yang dihadapi orangtua dalam pengasuhan anak. Orangtua harus lebih ekstra memberikan perhatian, sesuai kebutuhan, kepada semua anaknya.
Psikolog Anna Surti Ariani, Psi, mengatakan perhatian orangtua penting bagi anak. Karenanya, ibu atau ayah perlu memberikan perhatian yang tepat sesuai kebutuhan anak. Memberikan perhatian kepada anak, kata perempuan yang disapa Nina ini, bukan dengan membagi perhatian tetapi melipatgandakannya.
"Orangtua tidak bisa membagi perhatian kepada anak-anaknya. Tetapi yang perlu dilakukan adalah mengkalilipatkan cinta. Jika memiliki empat anak, berikan cinta lima kali lipat. Ibu harus memberikan perhatian kepada semua anaknya, pasangannya, dan dirinya sendiri. Kualitas cinta yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga harus sama, walau bentuknya berbeda," jelas Nina.
Selain melipatgandakan cinta dan perhatian kepada anak, orangtua juga perlu mahir berkomunikasi. Anak takkan merasa ibu atau ayahnya pilih kasih, jika mereka mendapatkan penjelasan dari sikap orangtuanya. Ketika Anda memperlakukan kakak berbeda dengan adiknya, karena perbedaan usia atau karakter, maka berikan penjelasan. Anak perlu memahami mengapa Anda membedakan perlakuan terhadap anak-anak di rumah.
"Karena itu komunikasi sangat penting. Orangtua perlu selalu belajar, agar bisa berkomunikasi lebih baik dengan anak," tutup Nina.
Sumber dari:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar